Selamat Datang di Blog Anak TP :)

Selasa, 15 Mei 2012

B. Indonesia


I.                   FAKTOR-FAKTOR KEBAHASAAN SEBAGAI PENUNJANG KEEFEKTIFAN       BERBICARA

1. Ketepatan Ucapan


      Seorang pembicara harus membiasakan diri mengucapkan bunyi-bunyi bahasa secara tepat.   Pengucapan bunyi bahasa yang kurang tepat, dapat mengalihkan perhatian pendengar

      Kalau perbedaan atau perubahan itu terlalu mencolok, sehingga terjadi suatu penyimpangan, maka keefektifan komunikasi akan terganggu. Kita belum memiliki lafal baku, namun sebaiknya ucapan kita jangan terlalu diwarnai bahasa daerah, sehingga dapat mengalihkan perhatian pendengar.

      Demikian juga halnya dengan pengucapan tiap suku kata. Tidak jarang kita dengar orang mengucapkan kata-kata yang tdak jelas suku katanya. Ada suku kata yang diucapkan berdempet, ada yang kadang-kadang hilang bunyi-bunyi tertentu. Sebaliknya ada pula kecenderungan pembicara menambahkan bunyi-bunyi tertentu di belakang suku kata atau di belakang kata. Hal ini aelain membingungkan pendengar, tentu juga dapat mengalihkan perhatian pendengar, sehingga mengurangi keefektifan berbicara.

      Pengucapan bunyi-bunyi bahasa yang tidak tepat atau cacat akan menimbulkan kebosanan, kurang menyenangkan, atau kurang menarik. Atau sedikitnya dapat mengalihkan perhatian pendengar. Pengucapan bunyi-bunyi bahasa dianggap cacat kalau menyimpang terlalu jauh dari ragam lisan biasa, sehingga terlalu menarik perhatian, mengganggu komunikasi, atau pemakaiannya (pembicara) dianggap aneh.




2. Penempatan Tekanan, Nada, Sendi, dan Durasi yang Sesuai

      Kesesuaian tekanan, nada, sendi, dan durasi merupakan factor penentu. Walaupun masalah yang dibicarakan kurang menarik, dengan penempatan tekanan, nada, sendi, dan durasi yang sesuai, akan menyebabkanmasalahnya menjadi menarik. Sebaliknya jika penyampaiannya datar saja, hamper dapat dipastikan akan menimbulkan kejemuan dan keefektifan berbicara tentu berkurang.

      Demikian juga halnya dalam pemberian tekanan pada kata atau suku kata. Misalnya kata penyanggah, pemberani, kesempatan, kita beri tekanan pada pe-, pem-, ke-, tentu kedengarannya janggal, sehingga pokok pembicaraan atau pesan yang disampaikan kurang diperhatikan.


3. Pilhan Kata (Diksi)

      Pilihan kata hendaknya tepat, jelas, dan bervariasi. Jelas maksudnya mudah dimengerti oleh pendengar yang menjadi sasaran. Kata-kata yang belum dikenal memang membangkitkan rasa ingin tahu, namun akan menghambat kelancaran komunikasi. Selain itu hendaknya dipilih kata-kata yang konkret sehingga mudah dipahami pendengar. Kalau si pembicara memaksakan diri memilih kata-kata yang tidak dipahaminya dengan maksud supaya lebih mengesankan, malah akibatnya sebaliknya. Demikian juga sebaliknya, karena pembicara ingin turun ke kalangan pendengarnya, mka ia menggunakan bahsa yang popular tau kata-kata yang tidak baku. Tetapi akibatnya kedengarannya murah dan tidak wajar. Dalam hal ini hendaknya pembicaramenyadari siapa pendengarnya dan apa pokok pembicaraannya, dan menyesuaikan pilihan katanya dengan pokok pembicaraan dan pendengarnya.

      Pendengar akan lebih tertarik dan senang mendengarkan kalu pembicara berbicara dengan jelas dalam bahasa yang dikuasainya, dalam arti yang betul-brtul menjadi miliknya, baik sebagai perorangan maupun sebagai pembicara. Selain itu, pilihan kata juga disesuaikan dengan pokok pembicaraan. Tentu dalam situasi ini kita tidak berbicara secara santai mengenai masalah-masalah yang rumit dan serius, dan sebaliknya berbicara secara serius mengenai hal-hal yang santai.


4. Ketepatan Sasaran Pembicaraan

      Seorang pembicara harus mampu menyusun kalimat efektif, kalimat yang mengenai sasaran, sehingga mampu menimbulkan pengaruh, meninggalkan kesan, atau menimbulkan akibat.

      Kalimat yang efektif mempunyai cirri-ciri keutuhan, perpautan, pemusatan perhatian, dan kehematan. Cirri keutuhan akan terlihat jika setiap kata betul-betul merupakan bagian yang padu dari sebuah kalimat. Keutuhan kalimat akan rusak karena ketiadaan subjek atau adanya kerancuan. Perpautan, ber talian dengan hubungan antara unsur-unsur kalimat,misalnya antara kata dengan kata,frase dengan frase dalam sebuah kalimat.Hubungan itu harus jelas dan logis.Pemusatan perhatian pada bagian yang terpenting dalam kalimat dapat dicapai dengan menempatkan bagian tersebut pada awal atau pada akhir kalimat,sehingga bagian ini mendapat tekanan waktu berbicara.Selain itu,kalimat efektif juga harus hemat dalam pemakaian kata,sehingga tidak ada kata-kata yang mubazir(tidak berfungsi),nah kata-kata ini yang dapat disingkirkan.

      Sebagai sarana komunikasi,setiap kalimat terlibat dalam proses penyampaian dan penerimaan.Kalimat efektif mampu membuat isi atau maksud yang disampaikan tergambar lengkap dalam pikiran pendengar persis seperti apa yang dimaksud pembicara.

      Dalam peristiwa komunkasi,kalimat mencangkup semua aspek ekspresi kejiwaan manusia yang amat majemuk lalu disalurkan dengan kalimat.Lebih rumit lagi bagaimana membahasakan ekspresi yang ditujukan kepada pendengar.Seorang pembicara harus tahu siapa pendengarnya dan menyesuaikan gaya kalimatnya dengan pendengar tersebut,dengan memperhatikan ciri-ciri kalimat efektif.


II.              FAKTOR-FAKTOR NON KEBAHASAAN SEBAGAI PENUNJANG KEEFEKTIFAN BERBICARA


      Keefektifan berbicara tidak hanya didukung oleh faktor kebahasaan,tetapi juga oleh faktor non kebahasaan.

Yang termasuk faktor non kebahasaan adalah:

1.Sikap yang wajar,tenang dan tidak kaku.

      Pembicara yang tidak tenang,lesu dan kaku tentulah akan memberikan kesan pertama yang kurang menarik.Padahal kesan pertama ini sangat penting untuk menjamin adanya kesinambungan perhatian pihak pendengar.Dari sikap yang wajar saja sebenarnya pembicara sudah dapat menunjukkan otoritas dan integritas dirinya.Tentu saja sikap ini sangat banyak ditentukan oleh situasi,tempat,dan penguasaan materi.


2.Pandangan harus diarahkan kepada lawan bicara.

      Agar pendengar dan pembicara benar-benar terlibat dalam kegiatan berbicara,pandangan pembicara sangat membantu.Hal ini sering diabaikan oleh pembicara.Hendaknya diusahakan agar pendengar merasa terlibat dan diperhatikan.


3.Kesediaan menghargai pendapat orang lain.

      Seorang pembicara hendaknya memiliki sikap terbuka dalam arti dapat menerima pendapat pihak lain atau bersedia menerima kritik,bersedia merubah pendapatnya apabila ternyata salah.


4.Gerak-gerik dan mimik yang tepat.

      Gerak-gerik dan mimik yang tepat dapat pula menunjang keefektifan berbicara. Tetapi gerak-gerik yang berlebihan akan mengganggu keefektifan berbicara.Mungkin perhatian pendengar akan terarah pada gerak-gerik dan mimik berlebihan ini,sehingga pesan kurang dipahami.


5.Kenyaringan suara juga sangat menentukan.


      Tingkat kenyaringan suara ini tentu disesuaikan dengan situasi,tempat,jumlah pendengar,dan akustik.Aturlah kenyaringan suara kita agar dapat didengar oleh semua pendengar dengan jelas,dengan juga mengingat kemungkinan dari luar.


6.Kelancaran.

      Seorang pembicara yang lancar berbicara akan memudahkan pendengar menangkap isi pembicaraannya.


7Relevansi/penalaran.

      Gagasan demi gagasan haruslah berhubungan dengan logis.Hal ini berarti hubungan bagian-bagian dalam kalimat,hubungan kalimat dengan kalimat harus logis dan berhubungan dengan pokok pembicaraan.


8.Penguasaan Topik.


      Pembicaraan formal selalu menuntut persiapan.Tujuannya agar topik yang dipilih benar-benar dikuasai.Penguasaan topik yang baik akan menumbuhkan keberanian dan kelancaran.Jadi penguasaan topik ini sangat penting,bahkan merupakan faktor utama dalam berbicara.













1.       Kesimpulan

            Penulis menarik kesimpulan bahwa untuk menunjang keefektifan berbicara diperlukan pemilihan kata, ucapan, artikulasi, dan intonasi yang tepat. Selain itu penguasaan materi, kelancaran, dan kejelasan dalam ucapan juga menjadi faktor utama sebagai penentu keefektifan dalam berbicara.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar